GELAS VS DANAU

Teks : Noor Azzah Mohd Yusof
Sumber Cerita : Kisah Teladan
Gambar : Carian Google

Gelas  VS  Danau …
Seorang guru sufi datang kepada seorang muridnya yang kelihatan murung sejak akhir-akhir ini.
"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu? " si Guru bertanya.
"Guru..sejak akhir-akhir ini hidup saya penuh masalah. Terlalu sukar bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tidak ada penghujungnya," jawab si murid.
Si Guru tersenyum mendengar penjelasan si murid . "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah ke mari. Biar saya perbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun bergerak perlahan tanpa semangat. Dia melaksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
"Cuba ambil segenggam garam dan masukkan ke dalam segelas air itu," kata Si Guru. "Setelah itu cuba kamu minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini terkejut kerana meminum air yang masin.
"Bagaimana rasanya?" tanya Si Guru.
"Masin dan perut saya menjadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih terkejut.
Si Guru tergelak melihat wajah muridnya itu, "Sekarang kamu ikut saya." Si Guru membawa muridnya ke danau yang berhampiran di tempat mereka.
"Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa masin di mulutnya masih belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa masin dari mulutnya, tapi tidak dilakukannya. Rasanya tidak sopan meludah di hadapan mursyid, itu yang difikirkannya.
"Sekarang, cuba kamu ambil sedikit air danau itu dan minum airnya" kata Si Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, berada di pinggir danau.


Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di kerongkongnya, Si Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"
"Segar, cukup segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan telapak tangannya.
Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa masin yang tersisa di mulutnya.
"Terasakah rasa garam yang kamu tebarkan tadi?"
"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi.
Si Guru hanya tersenyum memerhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
“Nak, kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum.
"Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kamu alami sepanjang kehidupanmu itu sudah ditentukan oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."
Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `masin' dari penderitaan yang dialami itu bergantung kepada besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu menjadi sebesar danau."

Ikuti kisah selanjutnya di topik akan datang. Perkongsian mengenai perjuangan dalam kehidupan. Sama- sama kita nantikan... Salam Mawaddah. :)



Comments